-->

Puisi Romantis untuk Pacar

Puisi adalah sebuah karya sastra berwujud tulisan yang didalamnya terkandung irama, rima, ritma dan lirik dalam setiap baitnya. Umumnya unsur diatas puisi juga memiki makna dan dapat mengungkapkan perasaan dari sang penyair yang dikemas dalam bahasa imajinatif dan disusun menggunakan struktur bahasa yang padat penuh makna. Puisi merupakan karya seni berupa tulisan yang menggunakan kualitas estetika (keindahan bahasa) sehingga berfokus pada bunyi, irama, dan penggunaan diksi.

Berdasarkan jenisnya puisi dapat dibagi menjadi dua jenis yakni puisi baru dan pusi lama. Masing masing jenis puisi tersebut tentunya juga memiliki ciri-ciri dan struktur yang berbeda pula antara puisi baru dan puisi lama. Pada artikel kali ini materi belajar akan memberikan materi tentang pengertian puisi, ciri-ciri, struktur, jenis, unsur, dan contoh puisi baik puisi baru maupun puisi lama.


Cinta secukupnya
Aku tak pernah berpikir mencintaimu, walau cuma sekejap.
Tapi yang terjadi tak ubahnya alur nasib yang terbalik.
Aku mencintaimu sejak kali pertama,
saat lembut sapamu terucap dan mata lugumu
menggugat.
Tanpa kusadari lajunya, dua tahun sudah aku
menunggumu.
Mengurungku dengan cinta satu-satunya.
Kubela tanpa harus aku bertanya-tanya.
Bukankah cinta memang tak pernah butuh alasa, meski
cuma satu huruf ? Sepertinya iya…!
=====================================
Terjerat kangen yang merapal namanya di setiap kedip
mata. Entah semu atau nyata, setidaknya kukira ini
cinta. Semoga…
=====================================
Menerka rencana hati tanpa praduga. Mencari jalan
ke rumah hatimu. Masih jauhkan perjalanan yang
harus kutempuh? Beri aku tanda, meski hanya sebatas senyum.
=====================================
Sepertinya kudapati lugu senyumnya mengais tulus
detik ini. Setidaknya, ‘kebersamaan’ yang teretas dari
senja hingga dini, mendakwa rasaku untuk kembali
takluk padanya. Lagi…!
=====================================
Getar itu tak jadi menepi. Kangen itu tak jadi
meratapi basi. Damba yang kupelihara di tepian asa,
ternyata menampilkan pesona indah malam ini,
finally.
=====================================
Terusik kangen yang menelusup di setiap kedip mata.
Dua hari menapak jejak bersama, telah memagut
getarku tak bersisa, sepertinya…
=====================================
Begitu bermaknanya sebuah kebersamaan
hingga ku tak tahu lagi dengan apa kutepikan adamu,
sejenak saja.
Begitu menyesakkan dan menyisakan lirih seketika
saat kubuka mata, tahu-tahu aku tersadar,
kamu tak ada di dekatku hari ini.
Cinta ini begitu indahnya.
Hanya untukmu!
=====================================
Inikah saatnya kuluruhkan keakuanku?!
Mendakwa satu rindu untukmu,
menepikan setip inci logika menjadi cinta
yang seia berdamai dengan palung jiwa.
Sepertinya, aku harus melakukannya!
Bukan semata rindu yang menggerontangkan bejana asa,
tapi lebih karena tulus yang menasbihkannya.
Apa adanya, begitu saja!
=====================================
Puisi Jatuh Cinta
Cinta itu gila
Ketika aku harus bertingkah gila
Cinta itu aneh
Ketika aku harus berbuat aneh
Cinta itu buta
Ketika aku harus menjadi buta
Cinta itu ah cinta
Ketika aku harus mengatakan … ah cinta.
=====================================
Jika ini memang cinta, aku hanya tahu bagaimana cara
mengungkapkannya dalam ketelanjangan apa adanya:
dengan segenap raga, hati, dan jiwaku yang mengulum
kepasrahan tanpa syarat.
=====================================
Aku tidak bisa marah
karena bagiku kau adalah anugerah terindah yang
mendekap barisan hariku penuh bahagia tumpah ruah
Sepotong senyum yang kau titipkan pada arakan senja,
menghapus kesalku jadi tawa merekah
Dan rinduku riba-tiba dipenuhi keindahan yang
berlimpah.
=====================================
Melibas gelisah, memamah resah pada gerimis yang basah
Terlupa semua khayalku akan rekah yang masih
bersembuanyi pada arakan risau lemah
Meniti tak pasti di jembatan hatiku, menguras lelah
yang menjamah.
=====================================
Dan ….
Aku masih betah menunggu matamu yang selalu indah
hingga mata ini takluk rebah dalam buaian mimpi indah
merekah.
=====================================
Inikah sebuah pertanda? Pertama kali tatapku yang
bergulir nyata pada beningnya matamu, telah memasung
bahagiaku tanpa ampun. Tak peduli seberapa lemah getar
itu menyisir kalam batinku. Aku hanya tahu, ada rindu
yang kujaga untukmu.
=====================================
Setiap mengingatmu:
silam terbagi goda
kita bertukar diam dalam pelukan.
=====================================
Cinta kita berdua
Adalah istana dari porselen.
Angin telah membawa keamaian
membelitkan kita dalam pelukan.
Bumi telah memberi kekuatan
kerna kita telah melangkah
dengan ketegasan.
Muraiku,
hati kita berdua
adalah pelangi selusin warna.
=====================================
Sepeda Kekasih
Lebih baik
aku makan nanti saja.
Sekarang
memperbaiki sepeda rusak kekasihku.
=====================================
Tuhan,
aku telah bertobat
aku telah merasakan apakah neraka itu.
Sebab kemarin,
pacarku menangis
di hadapanku.
=====================================
Batu kali
ditimpa terik matahari.
Betapa panasnya!
Ketika malam kembali membenam
kali pun tenteram.
Bulan sejuk
dan air bernyanyi
tiada henti.
Jika kita marah
pada kekasih
selamanya tidak bisa lama
=====================================
Ini hanya sebuah cara saja
Untuk aku tetap bisa mencintaimu
Menjadi seorang bangsat yang diajarkan membunuh
Membunuh segala ketidakpastian semata
Menjadi oecundang yang merelakan terbunuh
terbunuh oleh ketidakwarasan jiwa.
=====================================
Mengenalmu adalah anugerag
Menyakitimu serupa larangan
Pertemuan menjadi kebahagiaan.
=====================================
Tahukah kamu hal yang paling menyiksa?
Melihat kekecewaan di wajahmu.
Melihat matamu yang berkaca.
Seakan aku rasakan hal yang sama, bahkan lebih.
Rasanya ingin aku cari seribu cara
mengembalikan senyummu.
mengembalikan kebahagiaanmu.
Tanpa kau sadari
kamu adalah sumber kenyamanan.
Membuat aku selalu merasa tenang.
Membuat jantungku berdetak lebih nyaman.
Aku ingin sekali mendampingimu.
Karena itu kebahagiaanku yang nyata.
=====================================
Tidak berucap walau kutahu kamu cinta
Melihatku saja tidak walau kutahu kamu rindu
Ya, begitulah kamu. Pembohong.
yang paling aku cinta.
=====================================
 Takut… dia menyerangku!
Masuk ke dalam jiwaku, merobek dan menusuk
hingga hatiku tak terbaca lagi
kalau saja takut adalah wujud rasa
seharusnya aku bisa mencoba menikmatinya.
Biarlah ketakutan ini membuatku merasa sakit
membuatku sadar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya aku.
biarlah pagi ini takut menemaniku.
=====================================
 Jika nanti cinta dan rindu tak terdengar
di telingamu lagi, percayalah doaku akan setia
memeluk jiwamu hingga malam
yang menyendiri.
=====================================
Ada jarak yang menjejak
Sampai kutub dalam hati kita.
Betapa bias bats nyata dan maya
sampai segala terlepas dari masa bersama
dan sesat di pekuburan masih saja percuma
sampai yang baru terbujur layu tak seirama
lalu catatan lama serupa kata pertama
sampai terlupa ruparupa tanda baca.
Sampai berkesudahan di mana akhir kisah
ada antara yang semestinya bisa diterabas
sampai benar-benar tandas perahu kertas
lalu nama-nama yang tertulis tak lagi dieja
sampai frasa demi frasa serasa serangkai puisi
cinta yang baik dan benar tanpa tanda baca.
=====================================
Aku memang pecemburu.
Aku cemburu pada apa saja.
Bahkan pada embusan angin yang menyejukanmu.
Pada hujan
yang bebas menyentuh kulitmu
Pada baju yang selalu menghangatkanmu
Kenapa?
Karena itu bukan aku!
Harus jadi apa aku ini supaya dekat denganmu?
Jadi angin?
Percuma, tak bisa kamu lihat.
Jadi air?
Percuma, tak bisa kamu genggam.
Menjadi sosok nyata
Cukup membatasiku untuk mencintaimu
Dan kini aku hanya bisa diam
Ditemani rindu yang murung di relung hati.
Menumpahkannya lewat syair untukmu
=====================================
Di malam yang diisi sunyi,
ingin aku memelukmu
dengan bermiliar rasa rindu.
Kudekap detak kita beradu.
Menatap matamu yang syahdu
Adalah kesukaanku.
Tapi apa daya, aku hanya mencintaimu
dalam hening, merindukanmu dalam jarak.
Kapan hujan turun?
Mengingatkanmu setetes saja
Pada kenangan yang basah!
Siapa tahu kamu rindu.
=====================================
Cinta!
Satu kata tanpa definisi.
Tidak membawa kejelasan
Walau dampaknya kuat terasa
=====================================
Cinta ini menuntut untuk tetap dekat tapi jarak tidak setuju.
Rindu ini menuntut untuk tersampaikan tapi waktu menolaknya.
Kalau begitu aku berdoa saja,
karena Tuhan tidak akan menolak doa, bukan?
=====================================
Kamu itu majas
terlihat rumit dan lain.
Tapi penuh keindahan.
=====================================
 Masih kamu
Sel-sel kepalaku tersekat oleh kenangan.
dan setiap puisi ingin terus mengabadikan kamu.
=====================================
Kamu sangat populer di kepalaku.
Bahkan saat aku tidur
Kepalaku tetap disibukkan olehmu.
karena kamu selalu singgah dalam mimpiku.
Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku
tak pernah berhenti!

=====================================
Jangan ragu di kala aku bungkam
Untuk mencintaimu, aku tak mau berucap
Karena kamu adalah syair yang membuatku gugup melulu.
=====================================
Hujan bulan Desember mendesah di tepian beranda
Keramaiannya mampir mengecap kursi tua
Memercik air tipis menemani percakapan mimpi
Kabar bidadari tak kunjung datang memainkan kegembiraan hati.
Di dalam sehelai surat, harga kecemasan merambat pelan
Sesungguhnya telah tersimpan rahasia duri menyeringai tajam
Hitungan waktu tak lagi memudar
Hingga kelak menuntaskan luka dalam daftar penjang keramahan
Untuk sekadar membuka pintu
Bagi rindu membuncah terbungkus namamu.
=====================================
Duhai para wanita
begitu cantiknya jika kau menutup aurat.
sehingga mata para lelaki jauh dari maksiat.
Dari pada pake kaus yang bikin sesak atau pake celana ketat.
Jangan salahkan godaan lelaki berotak bejat.
Lebih indah dan berpahala jika kau berhijab.
Memakai baju longgar dan menutup aurat.
Memakai minyak wangi hanya untuk suami
Berbusana islami agar dicintai Ilahi
Di dunia mulia karena takwa,
di akhirat jadi ratu bidadari surga.
=====================================
Menjadi kekasih
Adalah rasa pahit
Sulit kita tawar
Bila sekadar permainan
Menelan ketakutan
karena akhir
Memainkan hati
Sebelum ia pergi
lama sekali.
=====================================
Aku dikawinkan rasa
Dijadikannya bahagia
Dilahirkan anak-anak serupa tawa
Kaulah sang istriku
Penjaga bahagiaku
Sang ibu dari senyum-senyum yang terlahir itu.

=====================================
 Cinta merupakan
kejadian ketika
subuh bertemu
dengan sahur
sebelum imsak,
dalam waktu
berselang tiap satu hari.
=====================================

Setiap lembaran yang diujikan
esok pun seakan menjadi tissue, basah
oleh tangis dan tetesan air mata
terima kasih telah menguji sebelumnya
ujian yang sebenarnya.
=====================================
Aku berada di ujung geliat rindu yang tinggal
menunggu hari pengejawantahannya… di dekatmu,
bersamamu. Mungkinkah menjelma nyata?
=====================================
Lebih dari sekadar memenuhi janji, bersamamu
malam ini adalah anugerah yang tidak terkira. Duduk
berdua saling menggenggam jemari di tengarai
gerimis, satu-satu. Bahagiaku telah mematuk nyata,
sesungguhnya.
=====================================
janji siang itu urung meranut nyata dalam alurnya.
Lelah telah mengunyah ragaku tanpa daya.
“Istirahat, ya. Esok kan masih ada.” pintamu.
=====================================
Mataku terpejam tak mau. ragaku pun enggan
takluk pada malam yang menjemput dini. Tak sabar
kumenanti, untuk menatap wajahmu lekat,
tanpa jarak… siang nanti.
=====================================
Maaf jika aku tak lagi mampu berkata-kata untuk
mengungkapkan setiap rindu yang sedari pertama aku
tak pernah memungkirinya. Dan kamulah jua muara
akhirnya… maaf!
=====================================
 Bersandar pada kegamangan. Ditepis semuanya
rindu meminta kefanaan. Menepi diam dalam
ketidakberdayaan dan pudar..!
=====================================
 Sadarku tak pernah nyata. Selalu saja berharap,
padahal mungkin sia-sia. Biarkan saja. Daripada
gelisah dan rinduku terkurung diam di singgasananya,
tak berdaya!
=====================================
 Lebih baik diam mencumbu kesendirian, daripada
sapa dan rinduku tak menjemput nyata di ujung
penantian. Sejenak saja… diam!
=====================================
 Sakit ini makin menyudutkan ke dalam ruang rindu
yang tak bertepi. Menguras damba di batas sepi yang
melumat kehampaan. Huuuhh…!
=====================================
 Sapaku tak lagi menjaring risau. cair sudah  diammu
yang terpendar pada arakan galau. Kini, bisa
kubakukan sapamu lagi dalam riuh bahagia yang
kemilau.
=====================================
Membilas senja bersamamu. Ditimang getar yang
diam-diam menjelma tanpa ampun. Kenapa
hadirmu yang sekejap meninggalkan jejak rindu yang
memikat..
=====================================
Jarak kembali menyekat tatap. Setelah sepotong
kebersamaan membirukan senja, kini tak bisa
kuendus lagi wangi tubuhnya yang membunuh setiap
inci sepi. Aku kangen!
=====================================
Kali ini
pagi menceritakan
tentang dingin malam,
tentang kopi yang begadang,
dan doa-doa
sisa air mata.
=====================================
Kukira setelah kamu baca tulisan ini,
kamu akan paham cerita kita. Memang
cara yang terbaik seharusnya tidak hanya
menunggu. Tapi penantian itu telah
merabunkan mataku pada kemuliaanmu,
hingga aku terperangkap oleh nafsu.
Semua tak perlu disesali. Jalan takdir
kita berbeda.
Selamat! Kudengar kamu sebentar lagi akan menikah.
Kukira ia jauh lebih pantas untukmu
dibandingkan aku. Ternyata aku masih
terlalu mentah untuk mekar bersamamu,
aku masih terlalu kanak-kanak
untuk mengiringi langkahmu.
Untuk lembar-lembar berikutnya,
tulislah kisah barumu.
=====================================
Sesak menjejak setumpuk sajak
Hancur berkeping, di hamparan berserak
Dipanggang matahari yang sangsi, membakar semak
Bunga layu dihempas seteru saat beranjak semerbak
Sisanya diterbangkan angin kemarau, baru saja sebabak.
Akan lama, tak seperti kisah lalu. Sesuatu yang baru
Jika saja matahari tak seterik ini, akan aku tunggu
ketika awan putih menari pada angkasa membiru
Itulah hatiku yang merindu menunggu di balik pintu
Untuk sejumput senyuman dan bujuk rayu.
Aku harap rerintik menghapus derita daun jendela
Dan embun di dedaunan dihempas panas segala
Meski sangat pagi kala itu. Di ufuk masih juga jingga
Kau tahu, tetesan embun itu adalah sisa air mata
Kutumpahkan di bumi pertiwi, tumpah darah kita.
(hari kemarin atau esok sama saja hari ini
duka dan suka menjadi seirama lagu, matahari di luar, matahari dalam hati
menyatu dalam kepiluan sukmaku).
=====================================
Pegang erat ruas jemari
Akan kusimak sajak kota tua
melodi patah hati menyesakkan setiap rongga dada
hilang kenyamanan seisi kota di ujung fatamorgana
Lepas segala cengkram yang mengekang bagimu
Hanya jiwa yang pasrah pada sebaris serapah
Jatuh merengkuh tanah, hujan senja tadi
Ia menyerah kalah, sumarah pada sejarah.
Jejalan meraung garang, gedung menantang gaung
Engkau riang di luar ruangan, sedang aku meradang.
=====================================
Ada yang meleleh di ujung kedua
mataku, begitu goretan-goretan pena itu
selesai kubaca. Ternyata
bendungan air mataku tidak
terlalu kuat sehingga jebol lagi,
meski baru sedikit.
=====================================
Maafkan untuk setiap silap kata yang kuucap.
Maafkan untuk setiap salah sikap yang kuperbuat.
kini, aku hanya ingin kamu percaya: hatiku masih
tetap milikmu, satu-satunya.
=====================================
Bahagia mengetuk senyumku ada.
Saat mataku terbuka, dia kini baik-baik saja.
Renyah tawanya kudengar indah meretas di antara desah angin yang gerah.
Di bawah terik matahari,
kubayangkan dia tengah berdiri mematung, sendiri.
Menikmati terpaan sinar matahari yang datang menjelang.
=====================================
Merasakan kegelisahanmu yang tengah dilanda sakit,
tiba-tiba kuingin baikmu, segera.
Maafkan, aku tidak di sana.
Semoga kamu baik-baik saja
=====================================
 Telah habis kata.
Yang kutahu, begitu jarak kembali menyekat tatap,
kangenku langsung membuncah.
Kunanti esok lusa dengan jengah.
=====================================
 Ah, kenapa mesti ada jarak, membuat aku dan dia
lagi-lagi harus menepikan kebersamaan untuk sejenak.
Aku ingin dia selalu ada di dekatku setiap kali mataku
terbanguan dari tidur.
=====================================
 Menapak jejak, merunut kata hati untuk segera
bertemu denganmu.
kangen ini sederhana tapi pasti…
Selalu datang dan datang lagi.
 =====================================
Merasakan kesendirianmu yang tengah dirundung
sakit, kuingin baikmu… segera. Kuingin di dekatmu…
Segera. Kuingin…!
=====================================
 Demimu, aku mau. Demimu, aku mampu
—jadi ‘rumah rujukan’ untuk tawa dan tangismu.
=====================================
 Kepada: Pemilik senyum polos bidadari. “Bersamamu
kupilih menghabiskan waktu, malam ini – esok,
nanti dan seterusnya.”
=====================================
 Tiba-tiba kamu ketemu lagi. Tanpa rencana, dan tanpa
paraduga. Kecup manja pun tumpah
Menuntaskan kangen yang tertunda.
=====================================
 Meski dalam jarak, wangi ikal wayang rambutmu,
bisa aku cium dari sini. Aromanya tersimpan rapi di
kepalaku, selalu.
=====================================
 Menghirup udara pagi dengan secangkir kopi.
Ehmmm.. sungguh berbeda. tak ada dia yang biasa
menggelayut manja… Begitu menggemaskan
dengan senyum simpulnya.
=====================================
 Terbayang manja sikapmu yang mengurai keteduhan
di setiap alurnya. Membawaku dalam bilur kangen
yang tak usai-usai.
=====================================
 Selalu ada bahagia yang bisa kureguk meski detik ini
situasi sedang tak begitu berpihak padaku.
Adaku di dekatmu, menjadikan kesalku tak berarti.
=====================================
Mungkin terukir indah ketika putih abu-abu menempel.
Gelak pun tercipta dari feruman knalpot.
Hujan terlihat emas kala dinaungi daun pisang.
Berkaca kala memori terikat bersama bayangan.
Tiga tahun mengarungi samudera.
Berlian bertebaran tercampur nilai yang mengantar.
Terlihat indah rupawan di selancar hingga medali dikalungkan sebagai pengantar ke kampus favorit.
Mungkin emas telah tercipta kala seleksi diumumkan.
Tetapi tali yang telah terikat harus diubah menjadi baja semu.
Mengikat kuat hingga berubah menjadi pecut.
Tetapi beresiko terlihat semu oleh keduanya.
Terus mengejar sesuatu yang tergantung di langit.
Dikejar bertanggakan setumpuk kertas.
Berdurasikan empat tahun jika berdisiplin.
Namun baja yang terikat bisa saja keropos jika tak terurus.
Tibalah toga dan pangkat tergantung di pundak.
Baja itu pun mulai dirangkai.
Kuat kembali di pelaminan.
=====================================

0 Response to "Puisi Romantis untuk Pacar"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel